MOSKOW, - Pemerintah Rusia, pada hari Jumat (13/5) mengatakan bahwa pihaknya merekomendasikan kepada warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Inggris. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa pihak berwenang di Inggris "hampir tidak mungkin" memberikan visa bagi orang Rusia.
Menurut kementerian tersebut, aplikasi visa bagi warga Rusia ditunda karena pemerintah Inggris tengah memberikan prioritas yang lebih tinggi kepada pengungsi Ukraina. Dikatakan Rusia juga tidak dapat membayar di situs Inggris melalui Mastercard dan Visa, yang keduanya telah menangguhkan operasi mereka di Rusia.
“Mempertimbangkan sikap Inggris yang sangat tidak bersahabat terhadap negara kami, untuk menghindari kerugian finansial dan masalah lain yang mungkin terjadi, kami merekomendasikan agar warga Rusia menahan diri, jika mungkin, tidak bepergian ke Inggris dan mencoba mendapatkan visa Inggris,” demikian pernyataan tertulis Kemenlu Rusia, dikutip Reuters.
“Sampai situasinya normal, kami akan bertindak dengan cara yang sama terhadap Inggris. Tindakan Inggris adalah “pelanggaran bermotivasi politik terhadap hak-hak warga negara Rusia,” tambahnya..
Sementara itu seorang juru bicara kementerian dalam negeri Inggris, membantah tuduhan Kemenlu Rusia tersebut.
"Saat ini tidak ada batasan atau batasan bagi warga negara Rusia untuk bekerja di Inggris dengan visa kerja jangka panjang," kata pejabat yang tidak disebutkan namanya itu, dikutip Al Arabiya.
“Kami memprioritaskan aplikasi Skema Keluarga Ukraina dan Rumah untuk Ukraina dalam menanggapi krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh invasi biadab [Presiden Rusia Vladimir] Putin ke Ukraina, sehingga aplikasi untuk studi, pekerjaan, dan visa keluarga membutuhkan waktu lebih lama untuk diproses,” imbuhnya.
Ketegangan antara Moskow dan London telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Terlebih usai pemerintah Inggris mengumumkan kebijakan sanksi baru terhadap semua entitas Rusia yang dianggap memiliki keterikatan dengan Presiden Vladimir Putin, yang sudah memerintahkan pasukan Rusia untuk menyerang Ukraina pada akhir Februari kemarin.